Selasa, 04 Oktober 2011

Manulife genjot kontribusi syariah menjadi 5% pada 2012

Sementara perusahaan adira asuransi kendaraan terbaik Indonesia tenang-tenang saja. Unit usaha syariah semakin kinclong saja. Tidak hanya di industri perbankan nasional, industri non-bank pun ikut menuai pertumbuhan positif dari bisnis dengan prinsip Islam ini. Tak heran, banyak institusi keuangan, khususnya sektor asuransi berlomba-lomba mengejar pertumbuhan unit usaha syariah.

PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, salah satunya. Seperti disampaikan Vice President Director and Chief Operating Officer Manulife Indonesia Nelly Husnayati, perusahaan asuransi patungan asal Kanada tersebut bakal menggenjot kontribusi syariahnya menjadi sebesar 5% terhadap total bisnis perusahaan pada 2012 mendatang.

Target ini bisa diartikan menjadi dua kali lipat dari posisi per semester pertama tahun ini, yakni sekitar 2,5% dari total bisnis Manulife. “Optimisme ini muncul melihat perkembangan bisnis syariah dari tahun ke tahun. Sebagai bukti, per Juni 2011, pendapatan premi syariah naik 100% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 16 miliar,” ujarnya, Senin (3/10).

Karenanya, sambung Nelly, perseroan akan lebih agresif menggenjot kontribusi unit usaha syariahnya. Salah satu upaya, yaitu merilis produk baru. Maklum, sejak lini bisnis ini meluncur pertengahan 2009 lalu, perseroan baru memiliki satu produk asuransi berbasis investasi (unitlink) dengan skema pembayaran, tunggal dan berkala.

Upaya lainnya, mengembangkan jaringan pemasaran. Sepanjang tahun ini, perseroan menargetkan membuka lima kantor cabang. Tiga diantaranya telah direalisasikan. “Menyusul sisanya di Semarang dan Medan sebelum akhir tahun nanti,” imbuh Executive Vice President and Chief Agency Officer Premraj Thuraisingam.

Asal tahu saja, per Juni 2011, Manulife Indonesia mengantongi pendapatan premi bisnis baru sebesar Rp 2,4 triliun atau tumbuh 87% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 1,3 triliun. Secara total, premi perseroan mencapai Rp 3,5 triliun atau naik 51% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berkisar Rp 2,3 triliun.