Hebat juga partai demokrat ini, kalau sudah linglung jadi bingung! Main tuding segala siapa yang jadi kambing hitam. Sekalian aja cari kerbau hitam, biar lebih besar! Lucu juga ya, masalah internal sampai keluar dan mengkaitkan dengan partai lain. Akhirnya partai yang tiba-tiba besar ini segera akan tumbang mungkin akibat belum kuat dipondasinya. Belum lagi kader-kadernya yang begitu kelihatan sangat tidak professional! Memberikan pendapat kok berbeda-beda antar kader, jadi bingung deh ... %^&$$#$&^*&
Oleh Willy Widianto | TRIBUNnews.com
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Contoh perilaku cara-cara berpolitik buruk kembali dipertontonkan. Partai Demokrat harus tegas terhadap kader yang melempar isu dan menuding ada tokoh berinisial 'A' tanpa fakta.
"Kalau dia punya fakta, kenapa tidak langsung saja tunjuk hidung dan laporkan ke pihak berwajib. Bukannya berkelit dan berkilah. Itu namanya pengalihan isu dan mencoba menciptakan kambing hitam dan menebar fitnah terhadap politisi yang kebetulan berinisial 'A'," ujar Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo di Jakarta, Sabtu(4/6/2011).
Menurut Bambang, dirinya memahami Partai Demokrat sedang panik. Tapi kalau sudah menuding-menuding, Bambang menilai hal itu sudah tidak sehat. Bahkan ada kader Partai Demokrat menyebut tokoh itu bermodal besar.
"Apa urusannya? Jelas tampak mereka masih hijau dalam berpolitik. Jujur saja, kita sebenarnya malas berkomentar. Sebab, kalau kita ngeladeni orang panik, sama bodohnya. Politisi yang memiliki inisial A kan banyak. Biar saja mereka yang mensomasi karena merasa terganggu dan terfitnah. Bagi Golkar masalah yang mereka hadapi adalah urusan internal mereka, ribut antar mereka sendiri. Paling-paling kita hanya bisa berdoa semoga mereka segera menyelesaian internal problemnya," jelas politisi Golkar ini.
Lebih jauh Bambang menambahkan sebagai orang luar dirinya tentu tidak tahu masalah-masalah seperti yang ada dalam SMS tersebut.
"Yang paling tahu adalah orang dalam sendiri. Kita tidak tahu soal dana Rp47 triliun. Kita tidak tahu soal Daniel Sparingga, kita juga tidak tahu soal kecurangan 80 juta suara pemilu legislatif dan pemilu presiden. Itu kan semua muncul karena saling ancam dan saling buka diantara mereka sendiri. Yang terbaik adalah, kita sebaiknya menjadi penonton yang baik saja. Waktu akan membuktikan, siapa yg bersalah dan siapa yang bersandiwara diantara mereka," tutup Bambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar