Senin, 26 Desember 2011

Umrah Tanjungpinang Resmi menjadi Universitas Negeri









MedanBisnis - Tanjungpinang. Universitas
Maritim Raja Ali Haji resmi menjadi universitas negeri setelah
diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh di
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Senin.


Peresmian Universitas
Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) menjadi universitas negeri ditandai
penandatanganan prasasti oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad
Nuh disaksikan oleh Wakil Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Eko
Prasojo, Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani, Ketua DPRD Kepulauan
Riau Nur Syafriadi dan Pejabat Sementara Rektor Umrah Maswardi M Amin.



"Diharapkan
dengan adanya UMRAH di daerah perbatasan menjadi pusat-pusat unggulan
sehingga negara-negara lain akan belajar ke UMRAH," kata Muhammad Nuh
dalam sambutannya.



Pendirian universitas negeri di daerah
perbatasan menurut dia, diharapkan menjadi pusat-pusat unggulan di
beranda terdepan Tanah Air.



"Kami tidak ingin daerah perbatasan
menjadi beranda belakang, tetapi menjadi beranda terdepan yang mampu
menjadi pusat-pusat unggulan," kata Nuh.



Menurut dia, sebelum
meresmikan UMRAH, pihaknya juga meresmikan universitas negeri di
Merauke, Nabire, Bangka Belitung dan terakhir di Bengkalis.



"Pokoknya daerah perbatasan menjadi prioritas pendirian universitas negeri untuk menjadi daerah unggulan," ujarnya.



Saat ini, menurut dia terdapat sebanyak 90 perguruan tinggi negeri dan 3.000 perguruan tinggi swasta di Indonesia. "Paling tidak sudah ada sepuluh universitas yang sudah dinegerikan pada 2011," ujarnya.

Menurut
dia, juga tidak semua yang mengajukan menjadi universitas negeri
dikabulkan karena harus memperhatikan berbagai hal seperti jumlah
penduduk atau ada tidaknya universitas negeri lain di daerah itu.



"Tidak serta merta yang mengajukan sebagai universitas negeri dikabulkan," ujarnya.


PESAN BUKU-BUKU PETERNAKAN ONLINE VIA SMS 0852.57090.372



KETIK : JENIS BUKU - KOTA/PROPINSI



Nuh
mengharapkan UMRAH yang sudah berstatus negeri mempersiapkan program
kedepan untuk dianggarkan dalam APBN serta untuk proses perubahan status
dosen atau pegawai yayasan menjadi pegawai negeri.



UMRAH mulai
berdiri pada tahun 2006 dari gabungan berbagai perguruan tinggi dibawah
Yayasan Pendidikan Kepri, pada 2008 mulai mengajukan untuk perubahan
menjadi universitas negeri.



Pada akhir September 2011 resmi
ditetapkan menjadi universitas negeri dan tercatat di Museum Rekor
Indonesia sebagai universitas tercepat dalam proses penegeriaannya.
(antara).


Ada Kekuatan Besar Coba ‘Redam’ Kasus Rahudman



Monday, 26 December 2011 00:57












Print



PDF












Medan, (beritasumut.com)


Kasus dugaan korupsi dana Tunjangan Pelayanan Aparatur Pemerintahan
Desa(TPAPD) Tapsel senilai Rp1,5 miliar yang melibatkan Rahudman
Harahap, mantan Sekda Tapsel ternyata menarik perhatian sejumlah pihak
dan bahkan ada kekuatan besar yang berusaha meredam kasus korupsi itu
agar tidak berlanjut ke pengadilan Tipikor Medan.




Buktinya, Kajati Sumatera Utara Sution Usman Adji yang menetapkan
Rahudman Harahap sebagai tersangka korupsi dana TPAPD Tapsel itu
“dilengserkan” setelah beberapa bulan mengumumkan tersangka Rahudman ke
publik. Padahal Polda SUmut lebih dulu menetapkan Amrin Tambunan,
Bendahara Rahudman sebagai tersangka. Kabarnya Sution Adji saat ini
tidak punya”Kursi” di Kejaksaan Agung.




Padahal saat menjabat Kajati Sumut, Sution Usman Adji menargetkan
Rahudman Harahap secepatnya bisa diperiksa, ditahan, kemudian berkas
perkaranya digelar di Pengadilan Tipikor. Tapi Kejagung tidak
mendukungnya.


Kini, setelah Kajati Sumut dijabat AK Basuni Masyarif, penyidikan
kasus dugaan korupsi Rahudman mondar-mandir Kejagung dan Kejati Sumut.
Ironisnya, Kejati Sumut tidak lagi memfokuskan dugaan korupsi Rp1,5
miliar itu. Tapi mengarah kepada temuan korupsi Rp13,5 miliar. Untuk
membuktikannya, penyidik Kejati Sumut harus menunggu perhitungan
kerugian negara.




Kajati Sumut AK Basuni Masyarif kepada wartawan, Jumat (23/12/2011)
mengakui kasus Rahudman sebentar lagi akan tuntas. Apakah akan berlanjut
ke pengadilan atau dihentikan, Basuni Masyarif tidak menjelaskannya
secara rinci. Tapi Basuni mengakui, kasus Rahudman sudah
dipertanggungjawabkannya secara yuridis dan politis. Dari segi yuridis,
Kejati Sumut sudah dua kali melakukan gelar perkara di Kejagung dan dari
segi politis, Kajati Sumut sudah membeberkan kasus Rahudman Harahap dan
hasilnya tidak ada masalah. Sekarang tinggal menunggu perhitungan BPKP
untuk menentukan besar kerugian negara. ”Jadi gak terlalu lama lagi,
kasus Rahudman akan tuntas,” kata Basuni.




Menimpali pernyataan Kajati Sumut itu, Direktur LBH Medan Nuriono SH
menilai ada kekuatan besar yang mempengaruhi kasus Rahudman tersebut.
”Masak Kajati Sumut harus melaporkan kasus yang melilit Rahudman itu
kepada anggota DPR baru menyatakan sikap. Ini jelas kasus Rahudman itu,
aroma politis mendominasi penegakan hukum terutama pemberantasan
korupsi,” ujarnya.




Menurut dia, minta restu ke anggota DPR itu membuktikan Kajati Sumut
takut menuntaskan kasus Rahudman. Padahal dari segi hukum, Kejati Sumut
harus mengabaikan segala bentuk intervensi itu. Tapi nyatanya Basuni
gagal, sehingga dia berharap Jaksa Agung menegur atau mencopot Basuni
dari jabatan Kajati Sumut.




Bagaimana kalau Jaksa Agung yang mempersulit. Itu artinya Kejaksaan
Agung yang lemah. Karena itu, Direktur LBH Medan ini berharap Presiden
segera mengevaluasi kinerja Jaksa Agung. ”Lemahnya kinerja,
konsekwensinya adalah jabatan,” ujar orang nomor satu di LBH Medan
tersebut.


Hal senada dikemukakan Ketua DPD Barisan Nasional (Barnas) Sumut
Syafrizal SH MH. Menurutnya, sangat mudah menyeret Rahudman ke
Pengadilan Tipikor, karena penyidik sudah memiliki dua alat bukti yang
cukup tentang keterlibatan Rahudman dalam kasus korupsi TPAPD Tapsel
itu. Apalagi anak buah Rahudman, Amrin Tambunan sudah dihukum 4 tahun di
MA. Ini sudah cukup bukti untuk menyeret Rahudman ke pengadilan.




”Selain itu Penyidik Kejati Sumut sudah menetapkan Rahudman sebagai
tersangka berarti penyidik sudah memiliki bukti permulaan yang cukup.
Jadi tidak perlu menunggu lagi perhitungan BPKP yang seakan-akan
mempersulit penyidikan. Limpahkan saja berkas korupsi itu ke pengadilan,
biar majelis hakim yang mengujinya,” ujar Syafrizal.




Menurutnya, menunggu perhitungan BPKP itu hanyalah upaya untuk
memperlambat proses penyidikan dan akhirnya meredamnya. Seharusnya
perhitungan BPKP dilakukan sebelum menetapkan seseorang itu tersangka.
”Jika itu terjadi berarti penyidikan yang dilakukan Kejati Sumut
sontoloyo dan tidak mengacu kepada pedoman hukum yang berlaku,” jelas
Syafrizal yang juga praktisi hukum itu.


Syafrizal berharap, Kejati Sumut tetap fokus mengusut kasus korupsi
Rp1,5 miliar yang sudah jelas pembuktiannya. Jangan malah mencari-cari
kasus korupsi besar, yang sulit pembuktiannya dan akhirnya
mengabur-ngaburkan persoalan. (BS-022)





Sabtu, 24 Desember 2011

Tangerang News : Istri Kanit Reskrim Pamulang Dirampok dan Diperkosa







REPUBLIKA.CO.ID, PAMULANG -- Istri Kepala Unit Reserse Kriminal
Kepolisian Sektor Pamulang Tangerang Selatan (Tangsel), EK, menjadi
korban perampokan dan pemerkosaan di rumahnya di Depok, Ahad (11/12),
pukul 03.00 WIB. Pelaku menggasak sejumlah perhiasan korban.

Berdasarkan
informasi yang dihimpun, saat kejadian, pelaku membekap EK yang tengah
terlelap tidur. Dalam keadaan tak berdaya, korban diseret dan dibawa ke
kamar belakang. Pada saat itulah pelaku dengan keji memperkosa istri
perwira polisi tersebut.



Belum jelas apakah pada saat kejadian,
suami korban, TS, berada di rumah atau tidak, atau siapa saja yang
berada di rumah. “Hati saya belum siap, saya belum siap memberikan
komentar apa pun,” ujar TS.

Kapolsek Pamulang, Zulkifli Muridu,
menuturkan, menurut pengakuan TS, pada saat kejadian, anak buahnya itu
tengah menjalani tugas harian di Polsek Pamulang dan baru sampai di
rumah menjelang subuh. TS baru kembali kerumah setelah ditelepon
istrinya pascakejadian. “Istrinya memang hanya di rumah sendirian,” ujar
Zulkifli di kantornya, Senin (12/12).



Sementara itu, Kepala
Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Depok Ajun Komisaris
Febriansyah, mengatakan peristiwa perkosaan dan perampokan ini diduga
dilakoni satu orang. "Menurut keterangan korban, dia hanya melihat satu
pelaku, tanpa penutup kepala," ujarnya.

Wilayah kediaman EK di Depok dihuni banyak aparat negara, mulai dari Pengawai Negeri Sipil, Polisi hingga Tentara.




Rabu, 21 Desember 2011

Tak Hanya AS, Negara Lain Juga Berminat Terbitkan Buku Provokatif Wilders





REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM – Buku karya pemimpin Partai Kebebasan,
Geert Wilders, dijadwalkan terbit perdana di Amerika Serikat, 30 April
2012, telah menarik minat negara lain untuk menerbitkannya. "Mereka
(negara-negara di luar AS) akan segera menyusul" kata Wilders seperti
dikutip radionetherland, Rabu (21/12).

Buku berjudul "Ciri-ciri
Kematian: Perang antara Islam dengan Dunia Barat dan Saya" ini, menurut
Wilders merupakan bentuk dakwaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW.


Namun,
Wilders tidak memberitahu apakah buku yang diterbitkan dalam bahasa
Inggris ini akan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. "Buku ini
menawarkan usulan konkret sekaligus solusi politik dalam bentuk analisis
terhadap bahaya Islamisasi," kata dia.
 


DAPATKAN BUKU-BUKU PETERNAKAN ! 






Sebelumnya, Wilders
sempat berkomentar terkait bukunya itu. Menurut dia, Islam adalah sebuah
ideologi kebencian, kehancuran, dan penaklukan. "Ini adalah keyakinan
kuat saya bahwa Islam adalah ancaman bagi nilai-nilai Barat, kebebasan
berbicara, kesetaraan laki-laki dan perempuan, heteroseksual dan
homoseksual, beragama dan kafir," katanya.

Buku ini akan menjadi
buku kedua Wilders. Setelah sebelumnya, pada 2005 silam, ia menulis
sebuah otobiografi singkat, berjudul "Memilih untuk Kebebasan".

Sementara
itu, terkait rencana  publikasi buku tokoh anti-Islam ini di AS, baru
Mesir yang mengungkapkan keprihatinannya. Keprihatinan itu terungkap
dalam pertemuan Duta Besar Belanda dan Kementerian Luar Negeri Mesir,
November lalu.

Gerakan Satu Juta Buku Sumbang 1.000 Buku untuk TBR di Tanah Karo









(Analisa/istimewa) Ketua IPI Sumut dr Sofyan Tan didampingi pengurus
Lions Club Medan Finche dan Lions Club Kabanjahe Dicson Pelawi atas nama
Gerakan Sejuta Buku untuk Anak Bangsa menyerahkan 1.000 buku pada
Dirgantara Ginting pengelola TBR di Desa Sukambanyak, Kecamatan Tiga
Panah, Kabupaten Tanah Karo, Senin (19/12).


Kabanjahe, (Analisa). Gerakan Satu Juta
Buku untuk Anak Bangsa yang digagas Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)
Sumut bersama Lions Club memberikan 1000 buku kepada taman bacaan rakyat
(TBR) yang berada di Desa Sukambanyak, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten
Tanah Karo.


Buku tersebut diserahkan
Ketua IPI Sumut dr Sofyan Tan didampingi Dickson Pelawi, pengurus Lions
Club Brastagi yang juga Ketua PWI Tanah Karo, dan Finche, SE, MPsi,
pengurus Lions Club Medan serta rombongan lain pada Senin (19/12) kepada
Dirgantara Ginting (49), pengelola TBR tersebut.





Dr. Sofyan Tan, menjelaskan, sumbangan seribu buah buku yang berhasil
dikumpulkan oleh IPI Sumut dan Lions Club Medan merupakan bagian dari
bagian dari usaha mencerdaskan anak-anak bangsa lewat gerakan gemar
baca.



Ia menjelaskan bahwa sejak 9 Desember telah diluncurkan Gerakan Sejuta
Buku untuk Abak Bangsa yang mendapat dukungan penuh dari Gubsu Gatot
Pujonugroho. Gerakan itu menargetkan terkumpulnya 1 juta buku sampai 9
Desember 2012, yang secara bertahap akan disalurkan ke sejumlah taman
baca rakyat yang ada di Sumut. Untuk mewujudkan gerakan tersebut, IPI
Sumut telah menggandeng Lions Club sebagai panitia pelaksana pengumpulan
buku dari sejumlah dermawan.



"Anak-anak muda di kampung ini harus difasilitasi dengan kehadiran taman
baca gratis, agar pengetahuan mereka bertambah luas, mampu berpikir
kreatif dan berlogika,"ujar Sofyan Tan.



Sekretaris Komisi C Dewan Pendidikan Sumut itu mengaku prihatin dengan
genersi muda yang saat ini lebih suka menonton TV dari pada membaca
buku. Padahal kegemaran menonton TV hanya akan menghasilkan generasi
muda yang pola pikirnya suka menjiplak, berpikir serba instan dan mudah
meniru hal-hal yang negatif.



Lahir Jamin Ginting baru



Karena itu ia berharap desa Sukambanyak suatu hari berubah menjadi desa
"Suka Mbaca". Kalau generasi muda sudah gemar membaca, ia yakin, suatu
waktu kelak akan lahir orang-orang besar dari desa itu.



"Lahir Jamin Ginting-Jamin Ginting lain, yang mampu berkiprah untuk kemaslahatan bangsa, bukan saja desanya" tambahnya.



Ia menjelaskan bahwa dari seribu buku yang disumbangkan, umumnya terdiri
dari buku-buku bacaan anak-anak dan remaja, serta pengetahuan umum.
Namun pada waktu berbeda ia bersama Lions Club berjanji akan memberikan
seribu buah buku lagi. Sebagian akan dikombinasi dengan buku-buku
pengetahuan bertani untuk menunjang teknik budidaya pertanian dan
perkebunan warga.



Sofyan Tan juga berjanji suatu waktu bisa melakukan kegiatan sosial
seperti pengobatan gratis atau kegiatan sosial lainnya untuk membantu
warga Sukambanyak. "Tentu kita akan lihat terlebih dulu perkembangan
dari taman baca ini," katanya.



Sementara itu Rahmadi Agung Ginting (39) Kepala Desa, dan Efrata Ginting
(45) seorang perangkat Desa, mengaku sangat senang dengan kontribusi
dr. Sofyan Tan dan Lions Club Medan dan Brastagi untuk membangkitkan
gerakan gemar membaca lewat revitalisasi taman baca yang dikelola
seorang warganya itu.



Sedangkan Sri Ulina boru Sembiring alias Nande Ekel (36) berharap dr.
Sofyan Tan dan Lions Club dapat membuat taman baca rakyat di
tempat-tempat lain di Tiga Panah. "Biar makin banyak anak muda di
kampong yang bisa baca tulis Pak!" Ujarnya. a terbuat dari kayu.



Sementara Dirgantara Ginting (49 awalnya TBR yang dikelolanya merupakan
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina prestasi. Namun PKBM ini
dikelolanya dihentikan kegiatannya alias mati suri sejak sekitar 5 tahun
lalu. Taman baca yang ada pun ikut mati suri juga. Buku-bukunya banyak
yang rusak.



"Puji Tuhan, kemarin saya ditelepon Pak Dickson Pelawi, katanya dr.
Sofyan Tan dan Lions Club akan membantu memberi seribu buku untuk
membangkitkan kembali taman baca yang pernah saya kelola. Inilah jawaban
Tuhan dari doa kami selama ini,"ujar Ginting dengan nada suara
terbata-bata. (rrs)

Selasa, 20 Desember 2011

Banjir rendam 1.600 rumah warga Kotamadya Tebing Tinggi Deli





Tebing Tinggi, Sumut
(ANTARA News) - Banjir kiriman yang melanda tiga kecamatan di Kota
Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Senin, merendam sedikitnya 1.600 rumah
warga.


"Sedikitnya 1.630 rumah warga terendam banjir akibat banjir kiriman
yang terjadi sejak Minggu (18/12) malam," kata Kepala Bagian Pemerintah
Kota (Pemkot) Tebing Tinggi Ahdi Sucipto kepada ANTARA di Tebing
Tinggi, Senin.


Sebagian rumah warga Tebing Tinggi yang terendam banjir tersebut
berada di sekitar pinggiran daerah aliran Sungai (DAS) Bahilang dan DAS
Padang.


Tiga kecamatan yang terendam banjir di Tebing Tinggi itu, yaitu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Kota dan Bajenis.


Dari tiga kecamatan itu, kawasan yang tergolong dominan terendam
banjir tersebar adalah Kelurahan Tualang, Persiakan, Bandar Sono, Pasar
Gambir dan Pasar Baru.


Untuk meringankan beban warga yang terkena musibah banjir, pihak
Pemkot Tinggi telah menyalurkan bantuan beras dan mie instan.


Hingga menjelang Pukul 14.00 WIB, ketinggian air di sekitar
pinggiran DAS Bahilang dan DAS Padang masih berkisar antara 30 cen ti
meter hingga mencapai sepinggang orang dewasa.


Luapan air yang terjadi di dua DAS itu disebabkan meningkatnya
intensitas curah hujan di hulu sungai yang berada di kawasan Pegunungan
Bukit Barisan.


"Intensitas curah hujan yang tinggi mengakibatkan debit air di
Sungai Bahilang dan Sungai Padang meningkat dan meluap hingga
menggenangi sejumlah rumah warga di sekitarnya," ucap Ahdi.


Dia membenarkan bahwa hampir setiap air di kedua DAS tersebut
meluap, kawasan permukiman warga di sekitarnya kerap menjadi langganan
banjir.


Menjelang Pukul 16.00 WIB, air banjir yang menggenangi rumah warga
mulai berangsur surut dan banyak menyisakan lumpur. (ANT-197/Z002)







Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2011

Senin, 19 Desember 2011

Anggota Dewan Serdang Bedagai Sumut Diduga Bawa Lari Gadis di Bawah Umur







TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Anggota Fraksi Hanura DPRD
Serdangbedagai, Rusiadi menjalani pemeriksaan sebagai tersangka
melarikan anak di bawah umur, Anggita Zulka, selama delapan jam di Polda
Sumut, Senin (19/12).




Menurut seorang penyidik Subdit Remaja, Anak dan Wanita (Renakta)
Direktorat Reskrimum Polda Sumut, yang tidak ingin disebut identitasnya,
Rusiadi mulai diperiksa sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 18.05 WIB.
Sumber ini menyebut Rusiadi diperiksa di sudut ruangan Renakta dengan
didampingi lima pengacara.




Pantauan Tribun di ruang penyidik Renakta Mapolda Sumut, seorang
penyidik wanita dan Kasubdit Renakta Dit Reskrimum Polda Sumut AKBP
Jiddin Siagian terlihat keluar masuk ruangannya, Senin sore. Sementara
Rusiadi berada di dalam ruangan Jiddin bersama pengacaranya.


"Sudah mulai diperiksa dia (Rusiadi) dari pagi. Sekarang lagi
istirahat makan, nanti akan dilanjutkan lagi," ujar Jiddin melalui
selularnya.




Sekitar pukul 18.05 WIB, Rusiadi bersama dua pengacaranya, keluar
dari ruangan Jiddin. Rusiadi dan pengacaranya langsung menuju tanggan
turun Gedung Dit Reskrimum Polda Sumut.
Saat diwawancarai wartawan,
Rusiadi yang mengenakan pakaian batik kuning kecokelatan enggan menjawab
pertanyaan wartawan. Ia menyarankan bertanya pada dua pengacaranya yang
mendampinginya menuju tangga.


"Tanya aja pengacara saya," ujarnya sambil menuju ke lantai I Gedung
Reskrimum. Namun, pengacara Rusiadi tidak berhenti, keduanya langsung
mengikuti Rusiadi berjalan menuju mobil di halaman parkiran dan langsung
naik ke mobil Honda Jazz hitam, kemudian berangkat pergi.




Di tempat sama, Jiddin enggan memberikan keterangan saat ditanyai
materi pemeriksaan terhadap Rusiadi. "Datanya sudah disampaikan pada
Kabid Humas," kata Jiddin sembari berjalan menuju mobilnya.


Namun Kabid Humas Polda Sumut Kombes Raden Heru Prakoso mengaku belum
menerima data dari Jiddin. "Besok datanya dikasih Jiddin ke saya. Besok
saja datang lihatnya," kata Heru.


Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut Kombes Bambang Heryatmo
enggan memberikan keterangan banyak seputar pemeriksaan Rusiadi.


"Langsung ke penyidik saja, ke Jiddin aja," sarannya.
Kenapa tidak ditahan? "Kalau ditahan kan ada prosedurnya lagi," kata Bambang sembari masuk ke dalam mobilnya.


Seperti diberitakan sebelumnya, Rusiadi dilaporkan Srigema Ayu,
karena telah melarikan anak gadisnya masih di bawah umur bernama Anggita
Zulka pada saat berusia 17 tahun.


Semula, kasus ini dilaporkan oleh Srigema ke Polres Sergai pada 22
Januari 2010. Namun pada 30 November telah dilimpahkan ke Reskrimum
Polda Sumut. Dalam laporanya, Srigema Ayu juga turut melampirkan hasil
Visum Et Repertum dari RS Bhayangkara Tebingtinggi yang menyatakan
putrinya bukan perawan lagi.


Keterangan yang dihimpun di kepolisian, Rusiadi juga sempat membawa
kabur Anggita ke Jakarta, pada 8 Januari 2010. Namun sebelumnya, pada 1
Januari 2007, Rusiadi telah menyetubuhi Anggita Zulka di Hotel Niagara
Parapat.




Keterang di kepolisian menyebutkan, selama ini Rusiadi telah
menitipkan Anggita Zulka di rumah kakaknya yang bernama Nurbaiti, yang
tinggal di Bagelan IV, Jalan Ikhlas Kecamatan Tebingtinggi.


Namun, pada 26 Agustus, akhirnya Anggita Zulka ditemukan oleh ibunya
saat bersama seorang teman Rusiadi yang bernama Nurhasan, yang
disebut-sebut adalah penasihat hukum Rusiadi di Supermarket Berastagi,
Jalan Gatot Subroto Medan.
Saat ditemukan itulah, Anggita langsung dibawa ibunya ke Mapolda Sumut untuk melaporkan kasus itu kembali. (fer)



sumber : http://id.berita.yahoo.com/anggota-dewan-diduga-bawa-lari-gadis-di-bawah-213143489.html